Minggu, 24 April 2011

pendidikan saat ini dan masa depan

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.

Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.

Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu: (1) learning to Know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).

Dalam rangka merealisasikan `learning to know`, Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.

Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.

Pendidikan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.

learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.

Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era persaingan global. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut.

Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.

Mengenai kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu:

(1) Bagaimana kondisi gurunya? (persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan);

(2) Bagaimana kurikulum disikapi dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?;

(3) Bagaimana bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku pelajaran);

(4) Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?;

(5) Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?;

(6) Adakah sarana pendukung belajar lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat informasi);

(7) Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini?.

Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri. Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar, paguyuban mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi, organisasi massa, organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah, media masa/cetak daerah, situs internet, dan sanggar belajar.

Rabu, 20 April 2011

Hamdalah

Dalam keseharian sering kali kita mendengar ungkapan kalimat alhamdulillah, atau disebut hamdalah, diucapkan. Hal ini terutama untuk menyatakan perasaan bersyukur, penyelesaian suatu pekerjaan, kesembuhan dari suatu penyakit, jawaban terhadap pertanyaan tentang kabar, ungkapan terima kasih dan lain-lain. Apa sesungguhnya makna yang terkandung di dalam hamdalah tersebut?

Arti alhamdulillah pada dasarnya mengembalikan seluruh pujian kepada Allah SWT. Pujian apa pun yang terucap atau tergambarkan di alam ini, semuanya hanyalah milik Allah. Pujian yang sering dialamatkan kepada manusia, keindahan alam, keajaiban suatu kejadian dan sebagainya dalam konsep hamdalah menuju kepada Dzat Yang Satu.

Oleh karena itu tidak akan ada kesombongan yang ditampilkan, tidak akan ada kepongahan yang dipertontonkan oleh siapa pun yang merasa memiliki kelebihan di dalam dirinya, karena mereka sadar semua itu hanyalah property Allah. Yang wajar ditampilkan oleh kita manakala memperoleh pujian atau anugrah nikmat adalah mengucapkan kalimat alhamdulillah dengan sepenuh kesadaran akan maknanya.  

Kaum cerdik pandai generasi terdahulu selalu memulai buku-buku karangannya dengan ungkapan alhamdulillah ini.  Demikian pula mereka mewajibkan kepada semua khaatib shalat Jumat untuk memulai khutbahnya dengan ungkapan ini berdasarkan contoh Nabi SAW.  Mereka tentunya juga ingin mencontoh Allah SWT dalam pembukaan kitab suci-Nya dengan kalimat alhamdulillah seperti termaktub di dalam surah Al-Faatihah.  

Dalam kitab kuning Hasyiah Jauhar Tauhid karangan Imam Ibrahim Baijuri, disebutkan bahwa ungkapan alhamdulillah terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu puji qadiim (terdahulu) dan puji haadits (terkemudian). Puji qadiim terbagi dua lagi, yang pertama bahwa pujian itu adalah dari Al-Khaaliq kepada Al-Khaaliq.  Ini berarti bahwa ucapan hamdalah adalah  pujian Allah SWT kepada Diri-Nya sendiri, pujian ini pastilah milik Allah semata.  Contoh pujian ini misalnya seperti tercantum di dalam Alquran bahwa  “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS Al-Hasyr 22) dan lain-lain.  Ayat-ayat tersebut menyatakan kemahaterpujian Allah di alam semesta ini.  Allah memuji Dzat-Nya sendiri adalah suatu kepantasan karena tiada ada yang menandingi-Nya.


Yang kedua hamdalah mengandung makna pujian dari  Al-Khaaliq kepada makhluk, yakni Allah SWT memuji makhluknya seperti pujian Allah kepada para nabi.  Salah satu contoh pujian ini dapat disimak di dalam Alquran surah Al-Qalam 4, dalam hal ini Allah memuji Nabi Muhammad SAW yakni “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Pujian ini pun sesungguhnya milik Allah, karena Dialah yang telah menganugerahi Nabi dengan akhlak yang sangat mulia.  Artinya keluhuran budi pekerti Nabi merupakan cerminan kemahaterpujian Allah jua.


Hamdalah mengandung makna pujian dari makhluk kepada Al-Khaaliq, yakni pujian-pujian makhluk, manusia khususnya, kepada Allah SWT.  Pujian ini pun pada hakikatnya adalah milik Allah jua. Dalam ibadah ritual sehari-hari seperti shalat, ibadah haji dan lain-lain sarat dengan puji-pujian kepada Allah. Bahkan dalam satu sabdanya, Nabi SAW memberikan petunjuk bahwa bagi siapa saja yang akan berdoa kepada Allah, hendaklah ia memanjatkan puji kepada-Nya dan membaca shalawat kepada Nabi lebih dahulu. Oleh karenanya kemudian dalam Ilmu Fiqh hal ini menjadi syarat perlu sebagai bagian dari etika berdoa.


Pujian itu bisa berasal dari makhluk kepada makhluk. Pujian ini pun pada hakikatnya adalah milik Allah.  Kekaguman kita kepada prestasi orang lain, binatang, tumbuh-tumbuhan adalah contoh-contoh pujian yang berasal dari makhluk ditujukan kepada makhluk juga.  Dalam keseharian, pujian jenis keempat ini yang paling sering kita dengar karena merupakan bumbu-bumbu kehidupan lingkungan manusia dan alam sekitarnya.  


Ucapan alhamdulillah pada dasarnya merupakan ekspresi untuk memperkuat nilai-nilai ketauhidan dan menumbuhkan sikap kehambaan yang makin dalam, mestinya.  Wallaahu 'alam. Seringkali kita tidak sadar dengan kesalahan sendiri. Tapi justru kita paham betul dengan kesalahan orang lain. Seperti kata peribahasa, gajah dipelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak.


Mengapa diri ini selalu menyibukkan diri dengan membicarakan aib orang lain, sedangkan ‘aib besar yang ada di depan mata tidak diperhatikan? Akhirnya diri ini pun sibuk menggunjing, membicarakan  aib saudaranya padahal ia tidak suka dibicarakan.


Jika dibanding-bandingkan diri kita dan orang yang digunjing, boleh jadi dia lebih mulia di sisi Allah. Demikianlah hati ini seringkali tersibukkan dengan hal yang sia-sia. Seharusnya,  aib kita sendiri yang lebih diperhatikan


Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW pernah bertanya, "Tahukah kamu, apa itu ghibah?"
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?” Rasulullah berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti).” (HR Muslim)
Adapun ghibah dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala di dalam Alquran surat Al Hujarat ayat 12, adalah seperti orang yang memakan bagkai saudaranya sendiri. Apakah kita mau seperti itu? T

Jika kita sudah tahu demikian tercelanya membicarakan  aib saudara kita –tanpa ada maslahat - maka sudah semestinya kita menjauhkan diri dari perbuatan tersebut.  Aib kita sebenarnya lebih banyak, dibanding  aib orang lain. Kita tentu lebih paham diri kita ketimbang orang lain bukan? Mari berinstropeksi, sebelum berkomentar yang tak kita tahu tentang orang lain.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab [33]: 21).

Rasulullah SAW memang suri teladan yang baik. Dan, indikator keteladanan beliau itu berbuat sebelum berucap (bersabda).

Sebagai contoh, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya (nasab), kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah yang karena agamanya, niscaya akan beruntunglah kamu di dunia akhirat." (HR Bukhari, dari Abu Hurairah).


Jauh sebelum mengatakan hadis tunkahu al-Mar'ah tersebut, lalu menekankan pada agama, beliau sudah mengamalkan hadis itu terlebih dahulu. Misalnya, pernikahan beliau dengan Khadijah yang didasari hanya pada akhlak. Khadijah tertarik pada sosok Rasulullah yang mulia itu. Khadijah mendengar perangai pemuda Muhammad yang al-Amin itu dari Maisaroh, pembantunya yang diutus berdagang ke Syam bersama Muhammad. Kejujuran dan akhlak Muhammad yang akhirnya memantapkan hati Khadijah.


Muhammad pun menerima Khadijah bukan karena hartanya (limaaliha). Tapi, semata-mata karena pertimbangan akhlak. Ketinggian akhlak Khadijah ini terbukti selama dia menjadi istri Rasulullah. Meskipun dari sisi finansial Khadijah lebih tinggi kedudukannya dari Rasulullah, keponakan Waraqah bin Naufal itu tetap menjadi istri secara utuh, yakni menghormati dan memuliakan Muhammad sebagai suaminya.


Maka itu, dikatakan oleh siroh nabawiyah, pernikahan Rasulullah dan Khadijah adalah pernikahan yang paling indah dalam sejarah umat manusia. Sebab, pernikahan keduanya didasari pada akhlak (agama). Bukan kekayaan, kecantikan, maupun keturunan.


Pantaslah apabila beliau bersabda sebagaimana hadis di atas. Rasul SAW mengatakan hal itu yaitu menekankan agama atau akhlak sebagai dasar cinta dan pernikahan karena beliau sudah melakukan atau berbuat seperti yang beliau katakan. Beliau sudah membuktikan kata-katanya itu terlebih dahulu.


Inilah kunci utama dari keteladanan (uswah) Rasulullah SAW, yaitu memberi contoh (berbuat) sebelum menyuruh (mengatakan). Dan, ini pulalah 'hakikat keteladanan' yang harus melekat pada diri setiap umatnya.


Sebagai kepala keluarga, misalnya, kita harus berbuat dulu sebelum menyuruh anggota keluarga kita agar mereka mau menjalankannya. Sang ayah harus memberi contoh untuk tidak menonton sinetron terlebih dahulu, umpamanya, sebelum menyuruh anaknya. Insya Allah, sang anak akan meniru tidak menonton sinetron yang telah dicontohkan ayahnya.


Pemimpin negara demikian pula. Seorang presiden harus memberi contoh hidup sederhana terlebih dahulu sebelum menyerukannya kepada seluruh rakyat.

Marilah kita masing-masing mengaktualisasikan 'batasan keteladanan' ini, agar kita benar-benar menjadi 'teladan sejati' seperti halnya Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.

Lidahmu adalah harimaumu, begitu kata pepatah. Ini mengandung makna betapa besar dampak dari setiap ucapan yang terlontar. Tak sedikit orang yang terjerumus ke jurang masalah karena mengatakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dalam kaitan ini, agama Islam telah memberikan rambu-rambu.

Pada dasarnya, ucapan maupun perkataan merupakan cerminan jiwa. Maka itu, Nabi Muhammad SAW berpesan pilihlah kata-kata yang baik. Dalam hal ini, beliau merupakan teladan terbaik. Setiap saat, Rasulullah senantiasa menggunakan kata yang baik dan halus untuk umatnya.


Sebaliknya, beliau menjauhkan kata-kata yang jelek, kasar, dan keji. Bahkan, Rasulullah sangat membenci jika ada kalimat yang digunakan tidak pada tempatnya yang sesuai. Misalnya, ada kalimat yang baik dan bermakna mulia namun diucapkan kepada orang atau sesuatu yang sebenarnya tidak berhak menyandang kalimat itu.


Juga sebaliknya, jika ada kalimat jelek dan berarti hina, diarahkan untuk orang atau sesuatu yang mulia. "Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka." Demikian sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.


Selain itu, umat diminta menjaga ucapan yang mengandung syirik. Seperti ucapan, "Aku meminta pertolongan kepada Allah dan kepadamu." Sesuai tuntutan Rasulullah, mereka yang mengucapkan kalimat-kalimat semacam itu berarti telah menyekutukan atau sepadan bagi Allah SWT.


Dalam buku Berakhlak dan Beradab Mulia, Contoh-contoh dari Rasulullah,  Saleh Ahmad asy-Syaami menambahkan, kalimat bernada mencela juga sebaiknya dihindari. Peringatan itu juga disampaikan oleh Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Muttafaaq'alaih.


Rasulullah mengatakan, "Allah SWT berfirman, 'Anak keturunan Adam menyakiti-Ku, karena mereka mencela masa, padahal Aku adalah Zat yang menciptakan dan menguasai masa. Aku yang mempergantikan malam dan siang.'' Asy-Syaami menyatakan, perkataan yang mencela melahirkan kesalahan besar.


Menurut dia, celaan yang diucapkan itu sebenarnya akan mengenai diri mereka sendiri. "Mereka telah berkata hal-hal yang tak patut," paparnya.


Asy-Syaami melanjutkan, ucapan-ucapan yang tak baik sama sekali tidak mendatangkan manfaat apa pun. Justru sebaliknya, menjerumuskan seseorang ke jalan kebatilan. Tak hanya itu, ucapan yang buruk itu juga mendatangkan perpecahan dan pertikaian antarsesama.


Termasuk yang perlu dijauhi adalah berkata bohong. Islam tidak memberikan keringanan bagi umatnya yang berbohong. Ibn Qayyim dalam kitab al-Fawa'id mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap kebohongan. Sebab, kebohongan akan merusak cara pandang umat terhadap fakta yang sebenarnya.


Menurut pandangan Mahmud al-Mishri melalui bukunya Ensiklopedia Akhlak Muhammad, seorang pembohong akan menyifati sesuatu yang nyata dengan sesuatu yang abstrak dan menyifati yang abstrak dengan yang nyata. Selain itu, mereka menyifati kebenaran dengan kebatilan demikian pula sebaliknya.


Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengatakan, kebohongan akan menggiring pelakunya pada kejahatan dan kejahatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Mari kita jauhkan diri kita dari api neraka dengan menjaga lidah kita. Pada suatu hari, Rasulullah SAW ditanya tentang kebajikan dan keburukan (dosa). Jawabnya, "Kebajikan
(al-birr) adalah budi pakerti luhur (husn al-huluq), sedangkan keburukan atau dosa (al-itsm) adalah apa yang membuat hatimu resah, dan kamu tidak ingin orang lain mengetahuinya." (HR. Muslim dari Ibn Sam`an al-Anshari).

Hakikat dosa, kata pakar hadis al-Munawi, adalah sesuatu yang membuat jiwa tak tenang dan hati tak tenteram. Hal ini, karena menurut fitrahnya, manusia lebih condong kepada kebenaran. Hati ibarat cahaya yang bersih dan  terang. Oleh sebab itu, bila orang melakukan kebaikan, maka akan timbul sinergi dan harmoni (antara dua cahaya), yang selanjutnya  mendatangkan kedamaian. Sebaliknya, demikian al-Munawi, jika orang melakukan kejahatan (dosa), maka cahaya hati bakal meredup dan tak terjadi sinergi, sehingga timbul kegelisahan.
(Faydh al-Qadir :3/825).  

Dosa umumnya diklasifikasi ke dalam dua kategori, yaitu dosa-dosa besar
(al-kaba'ir) dan dosa-dosa kecil (al-shagha`ir). Para ulama, seperti dikutip al-Ghazali dalam Ihya' `Ulum al-Din,  berselisih paham soal terma besar dan kecil itu. Ada pendapat, setiap tindakan melawan hukum Allah adalah dosa besar. Ada pula yang berpendapat, dosa dipandang besar apabila diancam dengan api neraka, diancam dengan pidana, serta disebut larangannya secara eksplisit dalam Alquran. 

Diakui, dalam Alquran memang disebutkan dosa-dosa besar (QS an-Nisa'[40]: 31 dan asy-Syura[42]:37); begitu pula dalam hadis. Dalam satu hadis, dosa-dosa besar itu disebut ada empat, yaitu syirik, durhaka kepada ibu-bapak, membunuh, dan sumpah palsu (pembohongan publik). Dalam riwayat lain, disebeutkan ada tujuh, yaitu empat di atas, ditambah sihir, riba, makan harta anak yatim, disersi, dan tuduhan zina kepada wanita mulia (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).


Di luar semua itu, ada tiga dosa yang dianggap sebagai biang dan pangkal kejahatan. Pertama, dosa sombong dan membanggakan diri
(al-kibr), dosa yang dahulu dilakukan oleh Iblis (QS al-Baqarah [2]: 34). Kedua, dosa serakah dan loba, dosa yang dahulu pernah dibuat oleh Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa (QS al-Baqarah [2]: 36). Ketiga, dosa dengki dan iri hati, dosa yang dahulu pernah dilakukan oleh Qabil. Karena iri hati, Qabil tega menghabisi nyawa adik kandungnya sendiri. (QS al-Ma'idah [5]: 27).

Ketiga dosa ini, karena sifatnya yang besar dan berpotensi mendorong lahirnya dosa-dosa lain, serta pernah terjadi dan dilakukan oleh manusia pada masa yang paling awal, maka tak berlebihan bila ketiga dosa tersebut dinamai "Dosa Primordial". 
Wallahu a`lam.

"Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada per ubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS ar-Ruum [30] : 30).

Pendidikan, galibnya bertujuan sangat mulia, yaitu membentuk manusia menjadi pribadi yang kuat, berkarakter khas, dan akhlak mulia. Dalam konteks
Indonesia, tujuan dan fungsi pendidikan telah dirumuskan dengan indahnya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tiga poin pertama tujuan itu adalah membentuk peserta didik menjadi insan yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Namun kenyataannya, tujuan indah itu terdistorsi menjadi bersifat sangat materialistik-sekularistik.


Peserta didik seolah-olah segera melupakan semua petuah guru tentang nilai-nilai kebajikan dan norma agama begitu mereka lulus dari lembaga pendidikan formal. Tidak ada lagi yang tersisa dari nilai dan norma itu kecuali hanya sedikit, karena mereka harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan. Inilah hidup mereka yang sebenarnya.


Dan, mereka harus keluar sebagai pemenang atau setidaknya tidak terpental dari orbit yang normal, lalu menjadi pecundang. Menarik sekali bila kita cermati akhirakhir ini, banyak petinggi negeri ini yang bicara tentang mendesaknya pelaksanaan pendidikan karakter dan budi pekerti (akhlak mulia) di sekolah dan kampus. Ini bisa dimengerti karena kita mendapati kenyataan betapa hasil pendidikan kita telah melenceng jauh dari yang dicita-citakan. Kita sedih bila melihat atau mendengar berita tentang buruknya perilaku para pelajar atau mahasiswa.


Mereka tawuran, terlibat narkoba, bahkan melakukan seks bebas.


Hati kita semakin miris saat mengetahui wajah dunia pendidik an kita juga ikut dicoreng oleh ulah segelintir oknum pendidik yang berperilaku tidak terpuji. Sesungguhnya pendidikan karakter dan akhlak mulia harus dimulai dari para pendidik. Mereka harus menjadi contoh dan teladan bagi para peserta didik dalam tutur kata dan tindakan.


Namun yang perlu juga diingat, bicara tentang pendidikan karakter dan akhlak mulia tidak lain bicara soal hati. Dan tidak ada yang mengerti soal hati kecuali Allah, Tuhan yang menciptakan manusia. Hanya firman Allah yang bisa menyentuh dan menyinari hati dengan cahaya kebenaran dan petunjuk. Sehingga, manusia kem bali kepada fitrah insaniah yang sebenarnya.


Agar tujuan pendidikan tercapai dan fungsinya juga terealisasi dalam kehidupan praktis, masyarakat
Indonesia--yang mayoritas Muslim ini--harus menengok Alquran. Sebab, di sanalah melimpah-ruah `makanan' bagi hati anak-anak didik kita. Pendidikan karakter dan akhlak mulia, baru bisa berhasil bila menjadikan Alquran sebagai pedoman operasionalnya dan perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai landasan etikanya.

Tanpa itu, rasanya kita seperti meraba dalam ruangan luas yang gelap gulita. Wallahu a'lam.


Sabtu, 16 April 2011

Pagi

Dunia malam sudah mengakhiri. Aktivitas sediakala akan dimulai lagi.HHuumm....malam yang indah sudah memberikan kita ruang istirahat yang indah. Udara segar dari jendela pagimembuat kita lebih fresh di pagi ini.Sa'anya kerja!!!!
Jangan sampe rizki pagi diambil ayam (kokokok) ihh gag bgd. Masak kalah ama ayam . IHH...
kalau gag mau dibandingin ama ayam bangun, mandi, trus kerja. Semangat!!
Jika mulainya diawali semangat sangat yakin endingnya juga semangat juga. Tapi beda klau awalnya sudah penyakit M wahh perlu di paksa dikit ni untuk tubuh kita mengansumsi obat semangat.

KEEP SPIRIT ON MORNING

Mahasiswa

   Semua tentang mahasiswa. Pandangan orang tentang mahasiswa pasti good looking. Karena mereka belum mengetahui seluk-beluk kehidupan mahasiswa. Sedikit ulasan tentang mahasiswa, Mahasiswa sudah bisa dikatakan dewasa, karna seorang mahasiswa itu mandiri. Dipastikan jauh dari keluarga. Mahasiswa itu sudah memasyarakat. Maksudnya jika di terjunkan masyarakat. Mereka akan memberi inspiras-inspirasi untuk lingkungannya, yang dulunya vacum (pasif) melihat sekitar. Tapi untuk sekarang diharuskan bisa memberi perubahan terhadap lingkungannya.
   Dulu aku pri badi menganggap mahasiswa juga seperti anggapan orang-orang awam di sekitar. Setelah aku merasakannya sendiri.  hhuhh... sulitnya hidup mandiri. Dengan kepribadianku yang agak manja ini. Tapi ini bagiku merupakan cambuk pribadi buatku.
  Disisi lain, kehidupan mahasiswa juga ada yang negativ. malah banyak banged hal-hal negativ yang dilakukan oleh mahasiswa. Karena kan seorang mahasiswa lebih berani dibandingkan orang-orang awam dan terkadang pula menjadi sok (untuk mahasiswa yang naughty)

   aku mewakili mahasiswa..
Untuk seluruh mahasiswa, Buatlah perubahan positiv untuk bangsa dan agama dan yang paling kecil adalah untuk lingkunngan kita assal. Karena negara kita menanti generasi muda yang aktif, energi, dan berpengetahuan. Janganlah membuat hal yang merugikan bangsa, agama, bahkan diri kita sendiri.
Siapa lagi yang bisa mendobrak negara ini. Kalau bukan orang yang berpengetahuan.

HIDUP MAHASISWA..PERJUANGKAN NEGARA KITA!! ATTACK PENJAJAHAN DAN KEBODOHAN!NEGARA ITU KUAT KALAU DIDALAMNYA BANYAK ORANG YANG BERINTELEKTUAL POSITIV!LEBIH BAIK JADI NOMOR SATU DI NEGARA KECIL DARIPADA JADI NOMOR DUA DI NEGARA KAYA TAPI BUKAN NEGARA KITA SENDIRI!!

you tube booming

 Boomingnya keartisan disebabkan oleh you tube.. Marak sekali.. dasar kau keong racun sinta jojo dan sampe sekarang polisi asal gorontalo pun ikut andil di dalamnya. Betapa hebat peran you tube di abad 21 ini. caranya mudah sekali, kita hanya upload video dan tinggal peminat menyukainya atau bahkan mengabaikannya. itu semua dilihat dari sensasi kita saja. Menurut saya tergantung kita aja gimana caranya agar bisa diterima di khalayak ramai. Ini ada lyric lagu caiya caiya yang sangat populer di indonesia.
Tapi sayang, aku gag hafal gag jadi deh....ho ho



hhehh... klau menurut aku, dari pada kita nge share video yang gag bener mending sensasinya yang positiv, saja. Misal video reboisasi, salat jama'ah . he..he lucu gag ea.atau kalau bisa kegiatan qta di kampus bisajuga qta share di you tube. iya gag???????

intinya SEMANGAT GENERASI MUDA!!!!
HIDUP MAHASISWA...

motivasi

Alasan kenapa seseorang tak pernah meraih cita-citanya adalah karena dia tak mendefinisikannya,
tak mempelajarinya, dan tak pernah serius berkeyakinan bahwa cita-citanya itu dapat dicapai”
(Dr Denis Waitley, pakar motivasi dan penulis buku-buku self-help)

“Saya memiliki tiga harta. Jaga dan peliharalah:

cinta yang dalam, kesederhanaan,
ketidakberanian memenangkan dunia. Dengan cinta yang dalam,
seseorang akan jadi pemberani.
Dengan kesederhanaan, seseorang akan menjadi dermawan.
Dengan ketidakberanian memenangkan dunia,

seseorang akan menjadi pemimpin dunia”
(Lao-tzu, Filsuf China)

“Anda harus melakukan sesuatu yang Anda pikir tak akan bisa Anda lakukan”

(Eleanor Roosevelt, mantan Ibu Negara AS)

“Keyakinan merupakan suatu pengetahuan di dalam hati,

jauh tak terjangkau oleh bukti”
(Kahlil Gibran, Pujangga)

“Orang yang terlalu sibuk sangat jarang bisa mengubah pendapatnya”

(Friedrich Nitezche (1844-1900), filsuf Jerman)

“Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang Anda miliki,

bukan pula berasal dari siapa diri Anda, atau apa yang Anda kerjakan.
Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran Anda”
(Dale Carnegie (1888–1955), Pakar Motivasi-Penulis AS)

“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara.

Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun.
Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”
(Lance Armstrong, Mantan Atlet Balap Sepeda AS)

“Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan adalah

pekerjaan yang tak kunjung pernah dimulai”
(JRR Tolkien, penulis Novel The Lord of the Rings)

"Sedikit orang kaya yang memiliki harta. Kebanyakan harta yang memiliki mereka"

(Robert G. Ingersoll)

Hidup manusia penuh dengan bahaya, tetapi justru di situlah letak daya tariknya

(Edgar Alnsel Mowrer)

Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang.

(John D.Rockefeller)

Realitas selalu lebih konservatif daripada ideologi

(Raymond Aron)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang

tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)

Jadilah diri anda sendiri. Siapa lagi yang bisa melakukannya

lebih baik ketimbang diri anda sendiri?
(Frank Giblin, Ii)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,

tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)

Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat

diukur oleh seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri.
(Robert Collier)

Pikiran Anda bagaikan api yang perlu dinyalakan,

bukan bejana yang menanti untuk diisi
(Dorothea Bande)

Semakin Anda memahami lebih banyak tentang dunia di sekitar Anda,

semakin bergairah dan penasaran terhadap kenyataan hidup dalam hidup Anda.
Gairah adalah salah satu elemen pokok yang meringankan upaya dan
mengubah kegiatan-kegiatan yang biasa-biasa saja menjadi suatu
pekerjaan yang dapat dinikmati.

Semakin besar “Mengapa” Anda akan semakin besar energi

yang mendorong Anda untuk meraih sukses.

Mimpi tidak hanya membantu Anda berhadapan dengan kegagalan,

tetapi mereka juga memotivasi Anda secara konstan.
Mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok.

"Hati yang gembira adalah obat yang manjur,

tetapi semangat yang patah keringkan tulang."

"Tulis dan pahat kebaikan yang kita terima di atas batu.

Tulis kebaikan yang kita berikan di atas air.."

"Saya memang tidak dapat menghentikan hujan,

tapi hujan tidak akan pernah dapat menghentikan semangat saya!"

"Hidupkanlah hidupmu dengan kehidupan yang menghidupkan.

Jangan pernah patah semangat karena perjuangan Anda adalah keberhasilan Anda"

"If you can dream it, then you are able to do it -

Jika Anda dapat memimpikannya, maka Anda dapat mewujudkannya"

"Kemenangan hanya diberikan kepada mereka yang terus berjuang dan berusaha,

mereka telah tanpa sadar memantaskan dirinya untuk menerimanya"

"Jangan takut mengambil satu langkah besar bila memang dibutuhkan.

Jurang tidak dapat diseberangi hanya dengan dua-tiga lompatan kecil."