Senin, 23 Mei 2011

kewirausahaan

JIWA WIRAUSAHA harus sudah tertanam dalam diri kita semenjak pertama injak pendidikan. Semestinya sejak SD, orang tua sudah mulai memperkenalkan jiwa wirausaha baik dalam maupun luar pendidikan. Misal dalam pendidikan : disekolah, seorang guru mengajak murid-murid ke kopsis atau tempat - tempat yang mengandung unsur wirausaha. Sedangkn di luar pendidikan bisa dengan ibunya mengajak ke pasar, dengan melihat seorang Ibu menawar, membeli anak bisa mengenal tahap awal dalam kewirausahaan.

Jelas hidup ini perlu ongkos, apalagi di jaman sekarang. Selain harus rajin beramal soleh untuk mengejar keududukan di akherat, kita pun harus cerdas dalam mendapatkan duit. Ya, duit adalah sebagian dari rejeki. Tentu saja rejeki itu harus dijemput, sebagaimana kita menjemput teman atau saudara yang baru mendarat di Bandara. Kita harus ke bandara, di mana titik penjemputannya. Nah, rejeki kita pun sama, bisa saja baru mendarat dari “langit”, dan kita harus segara menjemputnya. Jika tidak, maka rejeki itu akan berlalu begitu saja.

KREATIVITAS BERWIRAUSAHA ternyata bisa ditanamkan sejak dini. Seperti halnya yang dilakukan oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia mengaku, mental menjadi pengusaha sudah dimilikinya sejak ia masih duduk di bangku sekolah.
JK pun menularkan ilmunya kepada ratusan murid Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar agar mereka bisa mengikuti jejaknya kelak.
Uraian JK yang disampaikan dengan lugas dan santai mendapat sambutan hangat dari anak-anak tersebut. Berebutan mereka bertanya kepada JK, termasuk tips menjadi pengusaha.
"Kenapa Pak JK milih jadi pengusaha Pak?" tanya salah satu murid TK yang maju ke atas panggung saat Grand Launching Buku Seri, "Yuk Belajar dari Pak JK!", di Istana Anak-Anak, TMII, Sabtu 26 Februari 2011
JK pun menjawab, "Dengan menjadi pengusaha Bapak dapat terus belajar sambil mengembangkan kreativitas."

Selain itu lanjut JK, menjadi pengusaha juga dapat membantu banyak orang, termasuk juga memberikan lapangan pekerjaan untuk orang lain.

"Tipsnya apa Pak?" tanya seorang murid SD tidak mau kalah.


Pria berusia 68 tahun ini dengan gaya khasnya menjelaskan, menjadi pengusaha haruslah memiliki mental yang baik, cerdas dan kreatif, rajin bangun pagi, memiliki semangat, pandai menguasai masalah, memiliki jiwa pantang mundur dan percaya diri.

"Dalam suatu negara itu harus ada pengusahanya. Saya mulai membuka usaha setelah jadi mahasiswa. Mulai buka toko-toko. Dan jadi pengusaha itu bisa dimulai dengan berdagang," kata JK menerangkan.

Menurut JK ,anak-anak pun juga bisa belajar menjadi pengusaha sejak dini. "Tipsnya, kalian bisa mulai bawa kue-kue ke sekolah atau buku tulis atau bisa juga pernik-pernik yang bisa dijual pada teman-teman sekolah," katanya.

LANGKAH-LANGKAH BERWIRAUSAHA

1. Mengenali peluang usaha
Banyak peluang usaha yang sebenarnya ada di sekeliling kita, hanya saja ada beberapa individu yang mampu melihat situasi sebagai peluang ada yang tidak. Hal ini disebabkan faktor informasi yang dimilikinya Informasi memungkinkan seseorang mengetahui bahwa peluang ada saat orang lain tidak menghiraukan situasi tersebut. Akses terhadap informasi dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan hubungan sosial.

a. Pengalaman hidup.
Pengalaman hidup memberikan akses yang lebih mengenai informasi dan pengetahun mengenai penemuan peluang. Dua aspek dari pengalaman hidup yang meningkatkan kemungkinan seseorang menemukan peluang yaitu fungsi kerja dan variasi kerja.
b. Hubungan sosial.
Sebuah langkah penting dimana seseorang mendapatkan informasi dari interaksi dengan orang lain. Beberapa ahli menyarankan ketika seorang takut berwirausaha secara sendirian, maka mengawali usaha secara kelompok adalah alternative. Oleh karenanya, kualitas dan kuantitas dalam interaksi sosial akan lebih memungkinkan individu akan membuat kelompok dalam berwirausaha. Informasi yang penting ketika akan memulai usaha adalah informasi mengenai lokasi, potensi pasar, sumber modal, pekerja, dan cara pengorganisasiannya. Kombinasi antara jaringan yang luas dan kenekaragaman latar
belakang akan mempermudah mendapatkan informasi tersebut.

Beberapa sumber peluang usaha antara lain:
a. Perubahan teknologi
b. Perubahan kebijakan dan politik
c. Perubahan sosial demografi

2. Optimalisasi Potensi diri
Setelah mengenai peluang usaha maka harus dikombinasikan dengan potensi diri. Keunggulan kompetitif apa yang saya miliki? Yang sering terjadi di masyarakat kita
adalah memilih usaha yang sedang trend saat itu. Hal ini sah-sah saja tetapi ketika
dalam proses perkembangan tidak membuat inovasi, maka akan sulit bersaing. Counter
HP di Yogyakarta merupakan bisnis yang menjamur dalam 3-4 tahun ini. Jika mereka
tidak mempunyai keunggulan kompetitif misalnya layanan purna jual, harga yang
bersaing, ataukah layanan secara umum baik, maka sulit akan berkembang. Seseorang
datang ke sebuah toko untuk membeli HP, sebagian besar karena informasi yang telah
didapatkan sebelumnya apakah dari mulut ke mulut ataukah dari koran.
Hal ini sangat berbeda dengan ahli terapis untuk anak autis. Kenyataan
menunjukkan penderita autis meningkat di masyarakat, sementara layanan atau terapis
autis belum terlalu banyak. Keahlian khusus yang ‘langka’ akan dicari orang tanpa
mempertimbangkan aspek lokasi usaha.
Usaha jasa berbasis pengetahuan (knowledge intensive service) merupakan satu alternatif usaha yang memiliki keunggulan kompetitif. Biasanya mereka mendirikan usaha misalnya konsultan keuangan, konsultan manajemen, konsultan enjinering karena kemampuan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karenanya, model usaha ini yang seharusnya dikembangkan dalam kewiarausahaan di Perguruan Tinggi. Mahasiswa didorong untuk melakukan riset sesuai dengan bidang ilmunya untuk memiliki pengetahuan baru dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain potensi diri dalam arti pengetahuan yang kita miliki, maka masih perlu
mengoptimalkan aspek motivasi dan kepribadian. Dalam modul kuliah 5 kharakteristik
kewirausahaan dari perspektif Psikologi maka dapat diperoleh gambaran ada beberapa
kaharakteristik yang mendorong kesuksesan usaha dan yang tidak. Oleh karenanya,
sejauh mana potensi psikologis anda mampu dioptimalkan dalam memulai sebuah
usaha?
3. Fokus dalam bidang usaha
Peter Drucker pakar dalam kewirausahaan menyatakan bahwa dalam dalam
memulai sebuah usaha atau inovasi dilakukan disarankan untuk terfokus –dimulai dari
yang kecil berdasarkan sumberdaya yang kita miliki. Vidi catering di Yogyakarta adalah salah satu contoh dimana pendirinya berlatar belakang sarjana teknologi pertanian, jurusan pengolahan makanan. Memulai usaha rantangan untuk anak kost karena tinggal di sekitar kampus, kemudian karena basic knowledge di bidang pengolahan makanan, kemudian berkembang menjadi catering, hotel, dan sekarang ini gedung pertemuan dan paket pernikahan (event organizer).

4. Berani memulai.
Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian sementara informasi yang dimiliki oleh yang akan memulai usaha sedikit. Oleh karenanya, ‘sedikit agak gila’(overconfidence) dan berani mengambil resiko adalah sangat perlu dilakukan. Lakukan dulu. Jalan dulu. Jika ada kesulitan, baru dicari jelan keluarnya.

JAKARTA (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan sedikitnya 4,07 juta wirausaha atau dua persen dari jumlah penduduk, untuk mendukung optimalnya pertumbuhan ekonomi.

"Kita harus bangun setidaknya 4,07 juta wirausaha di Indonesia karena teori mengatakan satu negara bisa tumbuh dengan baik perekonomiannya kalau dua persen penduduknya adalah wirausaha (wan)," kata Deputi Bidang SDM Kementerian Koperasi dan UKM, Neddy Rafinaldi Halim, di Jakarta, Senin.

Ia memperkirakan dari sekitar 231 juta penduduk Indonesia, atau 238 juta orang versi sementara BPS, dengan penduduk usia kerja 169,33 juta tercatat memiliki wirausaha sebanyak 564.240 unit (0,24 persen dari seluruh penduduk).

Neddy menambahkan, menurut teori, jumlah wirausaha di Indonesia itu masih sangat jauh dari ideal yang minimal dua persen untuk membangun pertumbuhan perekonomian secara optimal.

"Suatu bangsa akan maju dan sejahtera bila minimal dua persen penduduknya adalah wirausaha. Kita bisa melihat di negara-negara lain kewirausahaan sudah jauh lebih perkembangan," katanya.

Ia mencontohkan, jumlah wirausaha di Amerika Serikat sudah mencapai 11,5 hingga 12 persen dari seluruh jumlah penduduk, di Singapura tujuh persen, China dan Jepang 10 persen, India tujuh persen, dan Malaysia tiga persen.

Neddy berpendapat, dengan fakta angka pengangguran yang terus meningkat di tanah air maka perlu perjuangan dan kerja keras untuk mengejar angka ideal jumlah wirausaha.

Tercatat angka pengangguran sarjana di Indonesia terus merangkak naik, pada 2006 sebanyak 375.000 orang, 2007 menjadi 400.000 orang, 2008 naik menjadi 626.000 meski sempat turun pada Agustus 2008, tetapi kembali naik pada 2009 menjadi 626.621 orang.

Sementara pengangguran lulusan diplomasi/akademi sebanyak 486.399. Angka total pengangguran pada 2009 mencapai 8,96 juta.

"Ini gambaran ada situasi dimana dunia usaha kita tidak mampu menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya," kata Neddy.

Dari sisi daya saing dan produktivias kerja, pada 2010 Indonesia menempati peringkat 57 dari 61 negara yang disurvei.

"Itu artinya setiap unit produktif di negara kita, tidak bisa memberikan sumbangan terhadap perekonomian kita secara signifikan. Sebab ada pekerjaan yang sebenarnya bisa diselesaikan oleh satu orang dikerjakan oleh dua orang," katanya.

Menurut Neddy, persoalan itu tidak dapat diselesaikan dalam waktu 2-3 tahun tetapi perlu waktu jangka panjang untuk mendapatkan solusi terbaiknya.

Untuk mendukung hal itu, pihaknya mencanangkan program penumbuhan dan pengembangan 1.000 sarjana wirausaha baru.

"Kita tetap realistis bahwa tidak bisa instan memciptakan calon wirausaha baru, tapi yang ingin kita garap paling tidak akan ada pengusaha pemula," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar