Jumat, 03 Juni 2011

Sebelas Tantangan Ekonomi Indonesia 2011

Perekonomian Indonesia tahun depan diprediksi masih menjanjikan.
Selasa, 21 Desember 2010, 09:46 WIB
Antique, Ajeng Mustika Triyanti
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


VIVAnews - Perekonomian Indonesia tahun depan diprediksi masih menjanjikan, dengan pertumbuhan diperkirakan berkisar 6,4 persen. Pertumbuhan ini lebih besar 0,6 persen dibandingkan target pertumbuhan tahun ini sebesar 5,8 persen.

Namun, apa yang menjadi tantangan dan risiko yang harus diantisipasi oleh Indonesia pada 2011?

Komite Ekonomi Nasional dalam buku Prospek Ekonomi Indonesia 2011 menuturkan ada sejumlah tantangan dan risiko yang perlu diantisipasi Indonesia di tahun depan.

Pertama, tantangan atas kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset (asset bubble) dan inflasi, karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal asing, termasuk jangka pendek.

Kedua, terhentinya arus modal masuk dan bahkan terjadinya penarikan kembali modal masuk dalam jumlah besar. Pengendalian dan mitigasi arus modal serta kemungkinan arus balik disebabkan kesalahan mengantisipasi arus modal menjadi risiko yang harus diperhatikan.

Kesalahan dalam mengambil kebijakan, keterlambatan mengambil tindakan serta kurang koordinasi antar pembuat kebijakan juga dapat berakibat buruk terhadap stabilitas makro yang sudah terjaga selama ini.

Ketiga, subsidi energi dan alokasi yang kurang efisisien. Selama ini, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) masih dinikmati orang mampu (berpenghasilan tinggi). Terkait masalah ini, Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung mengatakan yang wajib mendapat subsidi ialah orang miskin, orang mampu sebaiknya tidak dapat subsidi.

Keempat, risiko inflasi terutama dipicu komponen makanan, pendidikan, dan ekspektasi inflasi. Inflasi Indonesia yang masih tinggi, menurut Chairul Tanjung, karena selama ini kita hanya mengandalkan kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengelola demand (permintaan).

Padahal, lanjutnya, selain faktor demand, inflasi juga dipengaruhi faktor suplai atau tersedianya barang dan faktor distribusi yang harus diperhatikan.

Kelima, infrastrukstur dan interkoneksi (transportasi) yang kurang memadai.
Chairul menuturkan, tahun ini Indonesia menjual mobil sebanyak 760 ribu. Jika dalam lima tahun ke depan tidak ada penambahan jalan secara signifikan khususnya di Jakarta, akan terjadi kemacetan. Begitu pula, dengan airport dan pelabuhan.

"Jika tidak ada perbaikan akan terjadi kemacetan luar biasa, yakni kemacetan ekonomi," ujar Chairul.

Keenam, peningkatan daya saing, perbaikan pendidikan, dan pelatihan serta penambahan pasokan tenaga teknik terdidik yang menjadi penghambat bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi produk (utamanya yang padat karya), menghambat investasi dan mengurangi penciptaan nilai tambah dan lapangan pekerjaan. Masalah daya saing Indonesia masih tertinggal dibawah Malaysia, Singapura dan Thailand.

Ketujuh, daya serap atau belanja pemerintah (pusat dan daerah) yang masih belum optimal.

Kedelapan, risiko yang berkenaan dengan kondisi politik dan hukum yang terjadi. Hingga kini, kinerja DPR dalam menyelesaikan legislasi, pembuatan undang-undang (UU), termasuk UU yang berkaitan dengan upaya mendorong pembangunan ekonomi masih jauh dari harapan.

Kesembilan, risiko perubahan iklim, bencana alam, dan krisis keuangan yang datang secara mendadak. Semestinya, risiko ini sudah dapat diatasi dengan baik mengingat kita telah belajar dari pengalaman dalam beberapa tahun belakangan ini.

Kesepuluh, tantangan risiko global, seperti pemulihan ekonomi negara maju masih akan lama, sehingga berdampak pada pemulihan ekonomi dan perdagangan dunia.

Kesebelas, Geopolitical-Geoeconomy G2 mengenai persoalan ketidakseimbangan ekonomi dunia, perang kurs dan potensi perang korea yang sangat tergantung pada G2 (China-AS), bukan G20. Hubungan saling membutuhkan, "Benci tapi rindu" AS-China, yang harus mencari penyelesaian secara kooperatif. Serta risiko gagal bayar utang negara-negara Eropa. (hs)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011 Bisa Capai 7 Persen

January 7th, 2011

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional 2011 bisa mencapai 7% kalau pemerintah mampu mengatasi faktor-faktor penghambat pertumbuhan.”Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 cukup baik. Tahun depan beberapa lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi antara 6,3 persen sampai 6,5 persen. Kadin beranggapan ekonomi bisa tumbuh sampai 7% kalau syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi,” katanya saat menyampaikan keterangan pers di kantor Kadin Indonesia, Jakarta, Kamis.

Syarat-syarat yang dia maksud antara lain pembangunan infrastruktur energi, jalan, dan pelabuhan serta perbaikan sistem logistik nasional.Di samping itu, menurut Suryo, pemerintah bersama pelaku usaha juga harus bahu membahu menyelesaikan persoalan dunia usaha.

Kadin Indonesia, ia melanjutkan, mengusulkan sepuluh program aksi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen tahun depan. Pertama, menurut Kadin, pemerintah sebaiknya menaikkan level defisit yang selama ini ditetapkan 1,7 persen menjadi minimal 2,5 persen supaya tersedia cukup dana untuk memacu pergerakan sektor riil.

“Dana itu seyogyanya diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, kereta api dan lahan untuk kawasan industri,” katanya. Selanjutnya, Kadin Indonesia merekomendasikan pemerintah menitikberatkan orientasi pembangunan pada industri manufaktur bernilai tambah tinggi di sektor pangan, pertanian, maupun pertambangan supaya Indonesia tak lagi menjadi pengekspor bahan mentah.

“Ketiga, Kadin mengusulkan pemerintah menetapkan insentif fiskal dan moneter untuk mendukung upaya swasembada energi dan pangan,” katanya. Organisasi pengusaha itu juga menyarankan pemerintah memperbaiki kebijakan-kebijakan makro bidang investasi, perdagangan, dan perbankan yang selama ini menghambat upaya korporasi dalam meningkatkan daya saing.

Selain itu, menurut Suryo, pemerintah harus mendorong perbankan mengarahkan untuk investasi sektor riil, utamanya untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur yang sampai sekarang masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah, ia melanjutkan, juga harus mengupayakan penurunan tingkat suku bunga menjadi di bawah 10% seperti di negara-negara pesaing. “Supaya daya saing industri kita lebih kuat dan pertumbuhan sektor riil terpacu,” katanya.

Program aksi lain yang direkomendasikan Kadin Indonesia adalah pembuatan rencana pengembangan industri prioritas, kampanye penggunaan produk dalam negeri dan peningkatan investasi di daerah. “Kalau usul-usul itu dijalankan kami yakin pertumbuhan ekonomi bisa sampai tujuh persen,” katanya (Sumber)

Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011 Akan Tumbuh 6,4 Persen

Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 ditargetkan bisa melampaui 6,4 persen bahkan bisa mencapai angka 7 persen apabila pemerintah Indonesia melakukan reformasi secara menyeluruh pada berbagai bidang termasuk pembenahan infrastruktur.

Beawiharta / Reuters
Seorang pekerja membawa karung beras ketika dia berjalan di sebuah pasar di Jakarta, 13 Januari 2011.
Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011 Akan Tumbuh 6,4 Persen

Seorang pekerja membawa karung beras ketika dia berjalan di sebuah pasar di Jakarta, 13 Januari 2011.

"Angka 6,4 itu baik. Bahkan Indonesia berpotensi besar untuk tumbuh mencapai angka 7 persen," kata Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia, Enrique Blanco Armas dalam peluncuran laporan Prospek Ekonomi Global (Global Economic Prospects) dari Bank Dunia, di Jakarta, Kamis (13/01).

Menurutnya, target pertumbuhan ekonomi itu bisa dicapai jika pemerintah melakukan reformasi secara menyeluruh terutama sektor infrastruktur, baik jalan tol, listrik, transportasi, telekomunikasi, minyak dan gas bumi, air minum, sanitasi, dan lainnya. Karena, jelasnya, sektor infrastruktur masih menjadi masalah yang harus lebih difokuskan oleh pemerintah, sehingga hal itu tergantung pada kebijakan pemerintah terhadap anggaran di tahun ini.


Sementara itu, Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia, Hans Timmer dalam telekonferensi mengatakan, menurut proyeksi ekonomi global Bank Dunia, saat ini derasnya arus modal asing yang masuk dan harga komoditas yang meningkat di Indonesia bisa menguntungkan dan memperkuat pemulihan bagi pertumbuhan Indonesia.

Hans menambahkan, meski ekonomi global saat ini masih labil, peningkatan dari arus modal internasional bisa memperkuat pemulihan di kebanyakan negara berkembang.

Sedangkan, menurut ekonom utama Bank Dunia, Subham Chaudhuri memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 hanya mencapai 6,2 persen dan pada tahun 2012 akan mencapai 6,5 persen, mengingat sektor infrastruktur di Indonesia perlu dibenahi terlebih dahulu agar Indonesia bisa menjadi pasar yang potensial.

mengapa ekonomi Indonesia 2011 lebih baik?

Pengangguran menurun, pendapatan meningkat dan kemiskinan berkurang.
Senin, 3 Januari 2011, 08:37 WIB
Heri Susanto
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia : Pembangunan Rusun (VIVAnews/Tri Saputro)
BERITA TERKAIT

* Syarat Indonesia Jadi Raksasa Ekonomi Dunia
* Hatta: RI Masuk 10 Raksasa Ekonomi Dunia 2025
* SBY: Kiat Sukses Lima Negara Bangun Ekonomi
* Otomotif, Industri Penyokong Ekonomi 2011
* Penghambat Tumbuhnya Ekonomi Indonesia

VIVAnews - Banyak kalangan optimistis perekonomian Indonesia tahun ini bakal lebih baik dibandingkan 2010. Setidaknya dari sisi target pertumbuhan ekonomi, pemerintah sudah mematok perkiraan 6,4 persen atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 5,8 persen.

"Pemerintah sudah sepakat, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih tinggi lagi," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan saat dihubungi VIVAnews di Jakarta.

Dengan pertumbuhan lebih tinggi, yakni 6,4 persen, maka peluang menciptakan lapangan kerja akan semakin terbuka dan lebih banyak. "Pengangguran akan menurun, pendapatan meningkat dan kemiskinan berkurang."

Rusman berkeyakinan performa ekonomi tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu karena sejumlah hal.

Pertama, dengan pertumbuhan ekonomi 2010 yang bisa mencapai 6 persen, maka pendapatan masyarakat meningkat sehingga akan mendorong permintaan konsumsi masyarakat menjadi lebih kuat serta menciptakan permintaan baru bagi barang dan jasa. "Masyarakat atau rumah tangga memiliki kemampuan belanja lebih besar pada 2011."

Kedua, ada kekuatan belanja pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 sebesar Rp1.200 triliun. "Jika lebih efektif dibelanjakan akan mendorong pertumbuhan."

Menurut Rusman, seperti disampaikan pemerintah penggunaan anggaran negara akan diprioritaskan untuk membangun proyek-proyek infrastruktur. Ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian. Namun demikian, pemerintah harus bersinergi dengan swasta dalam membangun proyek-proyek infrastruktur.

Ketiga, dari sisi pertumbuhan ekspor juga akan semakin bagus. Tahun lalu, ekspor Indonesia mencapai rekor dan akan terus tumbuh pada tahun ini. Apalagi, kata dia, ada geliat perekonomian dunia yang akan berdampak pada kebutuhan barang impor. "Sebagian barang impor tersebut dipasok dari Indonesia."

Keempat, kata Rusman, investasi dari swasta, baik asing dan lokal juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Pada tahun lalu, investasi juga menunjukkan adanya perbaikan.